Selasa, 27 Desember 2011

Pemerintahan Bapak Kita SBY !!!

Tugas... Tugas dan Tugas!!! Dapet Tugas dari Dosen ISBD Yang Membludak!!! Ckckckck...

Mulai Dari Makalah Dampak Rokok Lah, Tanggapan Buat Bapak SBy Lah, Merangkum Buku, Hingga Mengenai UUD Perekonomian Pasal 33, Malahan Mesti Membuat Tesis Mengenai Sex Di Kalangan Mahasiswa Dan Kampus. Apa G Gila Itu Dosen Ngasih Tugas Sgitu Banyakx Hanya Dalam 1 Semester ?! Itupun Tugasx Di Berikan Setelah Minggu Ke-5... Ckckkckck...

Hadeh... Langsung aja yach, Ini Rangkuman Tanggapan Saya Mengenai Masa Pemerintahan Bapak SBY !!!

Krisis kepercayaan sudah terjadi di berbagai lini. Publik juga sudah hilang kepercayaan kepada elit pemerintah. Karena itu, akan lebih baik bila pemerintah segera menuntaskan berbagai persoalan hukum. Apalagi persoalan hukum ini sedang menjadi perhatian publik, terutama terkait kasus Nazaruddin. “Ini momentum besar bagi pemerintahan SBY untuk menuntaskan kasus korupsi. Selain itu, SBY juga harus segera mengendalikan harga sembako. Saya heran bila Ramadhan dan lebaran dijadikan alasan untuk membiarkan kenaikan harga sembako. “Puasa dan lebaran kan merupakan hal rutin. Masa untuk hal rutin saja pemerintah tak sanggup mengendalikan harga,”. Bila SBY tidak mampu menangani dua hal ini maka kekecewaan rakyat akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak pada kepemimpinan SBY. “Langgeng tidaknya kepemimpinan SBY bergantung pada keseriusan menuntaskan kasus korupsi dan membuat kebijakan yang pro rakyat.

Saat ini sudah terjadi penyimpangan terhadap cita-cita dan semangat proklamasi kemerdekaan. Kehidupan bernegara dan berbangsa, pemerintahan telah mengarah ke jurang kehancuran. Cita-cita proklamasi 1945 dengan tegas menyatakan bahwa tujuan bernegara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam pergaulan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Namun pada kenyataannya, saat ini semakin benar-benar sudah jauh dari yang dicita-citakan para founding fathers. Secara objektif kondisi bangsa saat ini semakin memburuk bahkan mengarah pada kehancuran. Kerusakan telah terjadi di semua aspek dan lini kehidupan. Setidaknya ada 7 krisis nasional yang melanda. Yakni krisis kewibawaan kepala pemerintahan, krisis kewibawaan kepala negara, krisis kepercayaan terhadap parpol, krisis kepercayaan kepada parlemen, krisis efektifitas hukum, krisis kedaulatan sumber daya alam, krisis kedaulatan pangan, krisis pendidikan, krisis integrasi nasional. Semua itu terjadi karena pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) tidak efektif, lemah, dan hanya mengejar pencitraan diri ketimbang kerja nyata. Terjadi disorientasi dari SBY selaku presiden. Rakyat sekarang ini bertahan hidup karena usaha mereka sendiri dan bukan karena peran negara. Negara tidak hadir ketika rakyat membutuhkan. Terlalu beresiko bagi bangsa jika situasi seperti ini terus berlangsung. Rakyat akan semakin pesimis dan terpuruk. Apabila presiden SBY tidak bisa menghentikan demoralisasi dan anomali kehidupan berbangsa dan bernegara maka keharusan konstitusional bahwa SBY harus diganti pada 2014 otomatis gugur. Bangsa dan negara harus diselamatkan saat ini juga. Saat ini perubahan merupakan conditio qua non, semakin cepat semakin baik agar ongkos politik, biaya ekonomi, dan resiko sosial-budaya bisa berkurang. “Kami menegaskan agar DPR mengambil langkah politik untuk segera mengakhiri kekuasaan yang hanya menyandera rakyat. Kepemimpinan SBY sudah terbukti tidak mampu dan secara moral sudah tidak patut untuk menyelenggarakan negara dan kekuasaan pemerintahan.

Kemampuan pemerintahan SBY mensejahterakan rakyat pun patut dipertanyakan. Apa yang disebut sebagai tanda-tanda pembangunan hanya berada di atas kertas. Sementara fakta di lapangan memperlihatkan, kualitas hidup di Indonesia anjlok luar biasa selama pemerintahan SBY. Menurutnya, walaupun indikator dan angka pertumbuhan ekonomi memperlihatkan kenaikan, namun perlu diingat, kurang dari 20 persen orang Indonesia yang hidup nyaman. Sementara mayoritas rakyat tetap harus berjuang keras dan mati-matian demi memenuhi kebutuhan hidup standar mereka setiap hari. Bahkan untuk menemukan pekerjaan kasar saja sudah sulit, sementara pendapatan rata-rata menjadi begitu rendah. Daya beli berkurang drastis, harga bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari naik, dan tentu saja itu semua diikuti pertambahan jumlah penduduk miskin. Hal lain yang dapat dicermati, di bawah pemerintahan SBY publik juga menyaksikan kehadiran kembali model kekuasaan seperti yang ditemukan di zaman Soeharto

Sudah saatnya bangsa Indonesia melakukan perubahan dan menyelamatkan negara dari kehancuran. “Dengan kerendahan hati, sudah lama kita ingkar terhadap terhadap UUD, Pancasila, kebenaran, Bhineka Tunggal Ika. Apalagi bagi seorang tentara, ada Saptmarga. SBY harus meyakini satu hal, bahwa Indonesia sekarang harus melakukan perubahan baik sistem maupun perubahan rezim. Sebab, kerusakan sekarang bukan hanya pada hukum dan mahalnya kebutuhan pokok rakyat tapi lebih jauh pada hulunya. “Masa lima tahun presiden bukanlah cek kosong, tapi mendapat mandat dari rakyat. Ini suka diingkari padahal yang mempunyai negara dan bangsa ini adalah rakyat. Kalau mereka tidak bisa amanah maka bukan hal yang tidak mungkin untuk bisa dibubarkan oleh rakyat, termasuk DPR-nya. Kalau dalam waktu yang ditentukan mereka (DPR) tidak melakukan langkah konkrit maka kita juga bubarkan mereka, “Revolusi tidak bisa dijalankan sendirian tapi harus lakukan bersama-sama,”.

Perjuangan menuju kemerdekaan telah dilakukan dengan susah payah. Tapi, kemerdekaan itu dikhianati oleh pemerintahan saat ini. “pemerintah sudah tidak melihat dan mendengar,”. Pemerintah SBY-Boediono tidak lagi mempunyai hati nurani. Pemerintah tidak bisa membiarkan rakyat seperti ini. Kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono terbukti gagal dan tidak patut menyelenggarakan negara dan kekuasaan pemerintah, sehingga semakin menjauh dari cita-cita para pendiri bangsa. Saat ini kita dilanda tujuh krisis nasional, yaitu, krisis kewibawaan kepala pemerintahan, krisis kewibawaan kepala negara, krisis kepercayaan terhadap parpol, krisis kepercayaan kepada parlemen, krisis efektifitas hukum, krisis kedaulatan sumber daya alam, krisis kedaulatan pangan, krisis pendidikan, krisis integrasi nasional, hal itu terjadi karena pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak efektif, lemah, dan hanya mengejar pencitraan diri ketimbang kerja nyata.

Gimana Menurut Kalian?! Capres Brikutx Masih Mau Di Lanjutkan Ngga?! Hehehhe... *No Offense...
Oh.. Ia Tugas Berikutx Nanti Nyusul Yach !!! Sip.. Sip.. Sip...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mobil Bekas Pasang Iklan Rumah